Usaha Bakar Membakar

Politik simbolik memang sesuatu yang efektif dan berpengaruh buat menarik dukungan politik, dengan mengunakan simbol - simbol yang dapat mengidentifikasi semua orang atau merasa memiliki terhadap simbol tersebut. Bahkan sebelum HTI mengunakan itu, partai politik di Indonesia hampir semuanya telah mengunakan simbol tententu dengan muatan politik.

Pengunaaan simbol tertentu selain untuk menunjukan identitas, pemahaman ideologi bagi organ politik yang mengunakanya juga  digunakan untuk meraup dukungan bahkan dukungan itu bisa didapatkan diluar orang - orang yang bahkan tak tahu menahu baik idelogi ataupun misi yang diperjuangankan oleh ormas ataupun partai diakibatkan hanya karena merasa terwakili oleh simbol yang mereka gunakan.

Pengunaaan politik simbolik sebenarnya terlalu hal yang lumrah dalam menarik dukungan. Yang menjadi masalah ini adalah ketidaktahuan masyarakat terhadap ideologi serta gagasan yg diperjuangkan oleh ormas atau parpol yg mengunakan simbol - simbol tersebut.

Masyarakat yang jauh dari literatur dan sangat terbatas akses informasinya menjadi sangat rentan digunakan buat menarik dukungan hanya dengan pengunaan politik simbolik.

Soal pembakaran bendera Tauhid entah itu betul - betul bendera HTI seperti yang diakui oleh Banser, namun apa yg dilakukan Banser sebenarnya kontraproduktif dan bahkan akan membuat konflik horizontal akan lebih mudah terjadi. Terlebih lagi bendera yg berlafadskan Tauhid bukan hanya milik HTI.

Alhasil yg terjadi adalah seperti situasi saat ini. Jika memang HTI menjadi organisasi terlarang di INA ( sy tdk sepakat ) melakukan tindakan pembakaran  bendera ataupun sejenisnya maka itu tak akan pernah berhasil meredam perkembangan HTI ataupun organisasi yg di cap terlarang di INA.

Dalam demokrasi, pertarungan ide dan gagasan adalah cara yg paling demokratis dibandingkan harus bakar membakar.

#Catatan ku